5 Hal Penyebab Anak Merengek dan Solusinya
5 Hal Penyebab Anak Merengek dan Solusinya
Penelitian menunjukkan, bahwa setiap orang akan merasakan rengekan, terutama ketika anak-anak mereka berusia dua dan empat tahun. Rengekan yang terdengar sangat menjengkelkan dengan suara tangisan mengganggu. Anak-anak merengek umumnya untuk mendapatkan perhatian orangtua mereka. Namun, sebagai manusia biasa, tak jarang orangtua bereaksi dengan kemarahan. Sebelum menanggapi rengekan dengan kesal, ada baiknya orangtua mengingat kembali alasan mendasar yang menyebabkan anak merengek dan apa yang ingin mereka capai dengan rengekan itu.
1. Anak-anak merengek mungkin karena mereka membutuhkan bantuan Anda
Dr. Jessica Michaelson mengatakan, bahwa salah satu alasan utama mengapa anak merengek adalah karena mereka kelelahan dan membutuhkan bantuan Anda.
Menurutnya,ada kalanya melalui rengekan, anak-anak ingin memberi tahu orangtuanya, “Aku tak bisa melakukan lebih besar dari ini, tolong urus aku seperti saat aku masih bayi.”
Ketika anak-anak stres, lapar, atau lelah, suara manis mereka akan berubah menjadi nada tinggi menuntut kebutuhannya, seperti makan atau tidur dipenuhi saat itu juga.
Para peneliti telah menemukan, bahwa orang lebih mendengarkan rengekan ketimbang berbicara biasa.
Coba lakukan: Ketika anak merengek, coba pikirkan ini, “Apakah anak ini leleah, lapar, haus, atau merasa tidak nyaman?” “Apakah hari ini terlalu melelahkan?’, “Apakah anak ini tidur terlambat semalam?” “Apakah ada yang membuat tidak nyaman perasaannya?”
Setelah itu hadapi rengekan dengan tenang, sambil mengingatkan diri Anda bahwa rengekan itu berarti ia membutuhkan kenyamanan yang mendesak. Anda bisa menawarkan diri untuk memeluknya atau mengambilkan air minum untuknya.
2. Anak-anak merengek karena mereka butuh lebih banyak waktu untuk bersama
Psikolog Becky Bailey berpendapat bahwa kadang-kadang merengek adalah sinyal bahwa seorang anak membutuhkan lebih banyak waktu untuk kelekatan dengan orangtuanya.
Ia berpendapat, jika anak-anak mulai merengek, mereka mungkin membutuhkan fokus orangtuanya, seperti membaca buku bersama, memasak makanan, atau bermain bersama.
Senada dengan hal itu, peneliti John Gottman juga mengatakan, bahwa anak-anak mungkin membutuhkan tanggapan dari orangtuanya saat mereka memberi tawaran untuk hubungan emosional.
Ketika anak bertanya, “Maukah bermain denganku?” Sebagai orangtua, ada baiknya Anda segera meresponsnya, “Ya, mari kita bermain. Mama atau papa suka bermain denganmu.”
Penelitian juga menunjukkan, bahwa anak-anak merengek lebih banyak ketika lingkungan keluarga dalam kondisi negatif.
Dalam sebuah penelitian, ketika ibu menunjukkan hal-hal negatif, anak-anak cenderung lebih banyak bertengkar, dan ketika ayah menunjukkan lebih banyak hal negatif, anak-anak cenderung merengek dan menangis lebih banyak.
Coba lakukan: Ketika anak-anak merengek, lihat kembali tingkat stres, emosi, jumlah waktu berkualitas Anda bersama mereka, dan lingkungan keluarga secara keseluruhan. Luangkan lebih banyak waktu untuk membangun bonding antara Anda dan anak
3. Anak-anak merengek karena mereka ingin mengekspresikan perasaannya
Penelitian menunjukkan, merengek –tak hanya menangis – hanyalah cara bagi anak-anak untuk mengekspresikan kesedihan atau kekecewaan.
Guru pendidikan anak usia dini Janet Lansbury menyarankan orangtua untuk menerima, mengakui, dan mendukung perasaan anak-anak, alih-alih memarahi, mengoreksi, atau mengendalikan.
“Semakin kita menerima ketidaksenangan anak-anak, semua orang di rumah akan lebih bahagia,” kata Janet.
Coba lakukan: Ingatkan diri Anda bhwa merengek adalah ungkapan normal perasaan manusia, yang perlu direspons dengan sikap baik.
Jika Anda merasa tidak nyaman mendengar anak-anak merengek, tarik napas perlahan selama detik untuk menenangkan diri. Ingat kembali kapan Anda terakhir kali menangis karena sebuah masalah dan setelah itu Anda merasa lebih baik.
4. Anak-anak merengek karena mungkin memiliki temperamen yang sensitif
Setiap anak memiliki temperamen berbeda-beda. Para peneliti sering membahas tiga jenis temperamen anak; mudah atau fleksibel, aktif atau bersemangat, hangat atau hati-hati.
Coba lakukan: Ingatkan diri nda bahwa beberapa anak dilahirkan dengan kecenderungan memilki reaksi lebih kuat, kemauan lebih kuat, lebih banyak kecemasan, atau lebih sulit menyesuaikan diri dengan pengalaman baru dan perubahan.
Meski Anda bisa mengajari dan membiasakan anak-anak ntuk bersikap lebih baik, jangan lupakan bahwa hal tersebut akan menjadi sebuah proses yang membutuhkan waktu.
5. Anak-anak merengek untuk mendapatkan keinginan yang sudah pernah didapatkan
Orang cenderung akan mengulangi perilaku untuk waktu yang lama dengan penguatan rasio-variabel, misalnya jika Anda pernah menyerah sekali saat anak Anda merengek ingin makan es krim menjelang jam tidurnya, maka jangan heran jika Anak Anda akan terus merengek minta es krim untuk waktu yang lama demi mendapatkan izin yang sama.
Coba lakukan: Hindari memperkuat rengekan dengan bersikap konsisten dan tidak menyerah saat anak-anak memohon untuk makan es krim di waktu yang tidak tepat, memohon untk waktu tamabahan bermain game, meminta membeli mainan baru, dan sebagainya.
Anak-anak mungkin akan berhenti merengek pada saat itu, tapi percayalah mereka akan mengulanginya di lain waktu, karena berpikir rengekan mereka berhasil.
Ketimbang langsung menyetujui keinginan anak di saat ia merengek, Anda bisa memberinya kejutan sesekali saat anak sedang tidak merengek. Sehingga, anak tak akan mengingatnya sebagai pola tertentu.
Menghadapi rengekan anak dengan kesabaran, pengertian, dan penerimaan tentu bukanlah hal mudah, tapi ini adalah cara yang baik untuk memperkuatan kedekatan dengan anak Anda.
Gottman menyarankan, dengan memberi respons positif dan penuh kasih saat anak merengek, akan memperkuat koneksi anak dengan Anda. Sehingga, semakin kecil kemungkinan anak mengeluh dan bersikap tidak baik di masa depan.
Sumber : Rumah Pintar Indonesia
Komentar
Posting Komentar