Hosting Indonesia

Pengendalian Hawa Nafsu


Kitab Arbain Imam Nawawi, Hadist 40 :
Abu Muhammad adalah Abdullah bin Amr bin Ash. Beliau mengatakan Rasulallah bersabda: "Tidaklah sempurna iman seseorang sehingga sampai menjadi itu hawa nafsunya mengikuti dari apa-apa yang Aku datangkan untuknya."

Sahabat Abu, beliau termasuk salah satu sahabat yang mana dia merupakan sahabat yang tergolong paling cerdas. Salah satu sahabat zuhud dan paling untuk ibadah. Suatu saat dia mengatakan "Sekiranya air mataku ini menetes satu tetes saja lebih aku sukai cintai dari pada aku bersedeqah seribu dinar" saking takutnya pada Allah subhanahuwata’ala.

Di siang hari berpuasa, malam menghidupkan malam harinya kepada Allah subhanahuwata’ala. Ibadah kepada Allah subhanahuwata’ala menyibukkan diri dia, sehingga dia tidak mau menikah. Suatu saat ayahnya dia ingin menikahkan tetapi Abu menolak tawaran dari Ayahnya. Ayahnya datang mengadukan kepada Rasulallah. Rasulallah Bertanya kepada Abu : “Apakah kamu puasa? Menghidupkan malam dengan ibadah?” Abu menjawab : “Ya Rasulallah”. Rasulallah berkata : “Akan tetapi aku juga berpuasa, shalat malam, dan juga menikahi seorang wanita.”

Barang siapa yang tidak mau mengikuti sunnahku maka orang tersebut bukanlah dari golongan Aku.

Abu paling zuhud dari pada sahabat Nabi, Abu yang di kenal alim dan banyak meriwayatkan hadist Rasulallah. Di akhir hayat beliau mengambil mata sehingga tidak dapat melihat. Rasulallah : “Tidaklah sempurna iman seseorang, artikan secara bahasa tidak beriman. Nabi banyak menggunakan kalimat tidaklah sempurna. Ini adalah kalimat yang diartikan kesempurnaan iman muslim iya mukmin iya tetapi kekurangan ada cacatnya. Ini maksudnya tidak sempurna iman seseorang muslim sampai orang itu mempunyai hawa nafsunya lebih condong apa yang di bawa oleh Rasulallah.

Zuhud di dunia, mengambil dunia sangat berlebihan. Orang tersebut. Kita manusia yang telah ciptakan semua memiliki hawa nafsu kenginan tertentu. Jika kita disebut dengan orang yang berimana maka jadikanlah hawa nafsu kita untuk menegakkan yang dibawa Rasulallah. Adalah ajaran agama Islam. Tidaklah Rasulallah terucap dari pada wahyu Allah subhanahuwata’ala. Seseorang muslim jangan condong kepada hawa nafsu dunia jika lupa dari ajaran Rasulallah maka Jika hawa nafsu sudah condong kenikmatan dunia. Maka mereka harus berusaha dengan keras gigih bersabar meninggalkan oleh apa yang dinginkan oleh hawa nafsunya. Seperti makan. Makan terus-menerus walaupun ini mubah, dengan makan banyak maka malas beribadah. Ketika sudah sabar meninggalkan nafsu dunia menjadi tumak ninah. Tenang, maka sakinah nafsu kita. Allah subhanahuwata’ala akan mencintainya dan Rasulpun mencintai. Orang tersebut jika terlatih tidak mengikuti hawa nafsu maka orang terebut sangat mudah meninggalkan perkara dunia dan giat mendapat ridho Allah subhanahuwata’ala dan tepat mendapatkan qadha dan qadahr Allah subhanahuwata’ala.

Khuzaifah bin Kotadah : Dulu kami dan keluarga kami tinggal di tempat yang layak, suatu saat beliau merasa kepingin menjadi zuhud akhirnya beliau menghancurkan, shingga tidur beralaskan tikar saja. Dapat seminggu beliau dan istrinya, hidup dalam keadaan pas-pasan atau zuhud istrinya kehausan dan lapor kepada suaminya. Ini adalah ujian dan Allah subhanahuwata’ala menurunkan hujan maka hausnya terpenuhi karena Allah subhanahuwata’ala menurunkan air hujan. Beliau melihat seseorang duduk ada di langit. Beliau bertanya siapa kamu saya adalah manusia. Apa yang menyebabkan kamu mendapat derajat tinggi di sisi Allah subhanahuwata’ala sehingga seperti ini. Aku mengutamakan apa yang dinginkan Allah subhanahuwata’ala kepada hambanya beribadah sehingga aku meinggalkan apa-apa yang menjadi keinginan hawa nafsu. Derajat seseorang muslim ini mampu meninggalkan hawa nafsu yang condong dunia. Jika hawa nafsumu meminta satu kemaksiatan atau kenyamanan maka jangan keluarnya adalah melenceng tidak mau mengabulkan hawa nafsunya dan upayakan tidak menuruti hawa nafsu semampu kalian, musuh seorang muslim jika menuruti dan melenceng adalah kawan sejatimu.

Ulama: menyebutkan wahai hakim, siapakah raja sesungguhnya selain Allah subhanahuwata’ala. Hakim : barang siapa yang memiliki hawa nafsunya mencegah dan mengikuti ridho Allah subhanahuwata’ala maka ini raja yang mampu mengendalikan hawa nafsu dengan memperbanyak ibadah. Ketika seseorang tawaf di Ka'bah tidak sengaja melihat wanita yang elok. Melantunkan sihir : Aku mencintai agamaku dan aku mencintai apa yang membuat aku takjub dengan wanita itu. Bagaimana menyatukan itu? Maka wanita tersebut mendengar, tinggalkan salah satu maka kamu akan mendapatkan salah satunya. Hawa nafsu Menjerumuskan kemaksiatan maka otomatis kita akan mendapatkan ridho Allah subhanahuwata’ala.

Tentunya hawa nafsu kebanyakan mengajak kemaksiatan berusalahlah untuk kokoh mengendalikan hawa nafsu sehingga hawa nafsu tenang bisa kita cegah dari perbuatan yang tidak diinginkan oleh Allah subhanahuwata’ala maka disanalah mudah untuk ibadah kepada Allah subhanahuwata’ala. Wallahu’alam bishowab.

Komentar

Postingan Populer

Follow My Social Media