Makhluk yang paling sempurna
Allah menciptakan manusia dengan sempurna. Allah memberikan potensi kepada manusia, diantaranya Allah memberikan akal kepada manusia, Allah memberikan panca indra, dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dengan hati dengan segala bentuk dan tingkatan, dan peraba.
Potensi nikmat dan karunia yang layak kita pergunakan baik yang pokok, fasilitas perlengakapan kebutuhan yang tidak pokok. Allah subhanahuwata'ala
memberi nikmat yang jarang kita sadari manfaat dan kegunaan. Manusia memiliki prinsip tidak mungkin Allah subhanahuwata'ala menciptakan makhluk dengan sia-sia. Allah subhanahuwata'ala menciptakan manusia dengan sempurna. Misalnya usus buntu dan pangkreas dimana ukuran atau takaran makanan yang mengandung racun diluar. Ada beberapa hikmah dari beberapa para ahli. Allah subhanahuwata'ala menciptakan tubuh kita memiliki fungsi atau makna yang sangat besar.
memberi nikmat yang jarang kita sadari manfaat dan kegunaan. Manusia memiliki prinsip tidak mungkin Allah subhanahuwata'ala menciptakan makhluk dengan sia-sia. Allah subhanahuwata'ala menciptakan manusia dengan sempurna. Misalnya usus buntu dan pangkreas dimana ukuran atau takaran makanan yang mengandung racun diluar. Ada beberapa hikmah dari beberapa para ahli. Allah subhanahuwata'ala menciptakan tubuh kita memiliki fungsi atau makna yang sangat besar.
Allah subhanahuwata'ala menciptakan potensi-potensi tersebut, jika dikendalikan dengan nilai-nilai keagamaan maka akan mendapatkan kebaikan dan jika tidak maka terjerumus kepada kebinasaan atau keburukan. Potensi adalah memberikan semangat dalam hidup. Dorongan keinginan yang kuat untuk menggapai sesuatu, untuk mendapatkan kebaikan. Allah memberikan panca indra melayani apa yang diinginkan oleh hati kita. Batiniyah kita penuh dengan keunikan. Siapa yang menduga kita senang, sedih, marah. Dalam bahasa sederhananya selera manusia ada yang baik dan ada juga yang buruk. Selalu berbuat baik maka akan mendapatkan kebaikan sebaliknya selalu berbuat buruk makan akan mendapatkan keburukan. Rasulullah bersabda : “Musuh paling besar adalah pada diri kita sendiri.” Jadi menurut selera manusia.
Allah subhanahuwata'ala memberikan pintu keluar yaitu dengan cara bertaubat dan meminta ampun kepada Allah subhanahuwata'ala serta tidak mengulangi lagi atas kesalahan yang dibuatnya. Kesalahan ada dua, kesalahan kepada Allah dan kesalahan kepada Manusia. Orang yang dikatakan merdeka dalam hidupnya, bukan bukan orang yang tidak mempunyai kesalahan. Tetapi mampu mencari jalan keluar ketika dia mendapatkan kesalahan yang dia alami. Seperti contoh kita meminta maaf jika kita bersalah. Sering kita membuat kesalahan maka meminta maaf untuk menyelesaikan masalah dan kita harus sadar diri. Tingkat kesadaran kita dapat kita ukur apabila ada beban pada diri kita maka kita tidak akan maksimal. Kesalahan terjadi jika kita tidak melaksanakan perintah dan mengerjakan yang dilarang oleh Allah subhanahuwata'ala .
Orang-orang yang sudah ahli, mereka merasa tidak berdosa, jika melaksanakan yang sunnah. Tingkat sadar diri pada manusia bertingkat-tingkat. Ketika besar maka berbuat maksiat. Ketika sedikit tak ingat Allah subhanahuwata'ala dia merasa berdosa. Ketika kita mengerjakan yang dibolehkan sesuai dengan kebutuhan. Sadar bukan semua yang dibolehkan. Misalnya dalam hal makanan, jangan sampai berlebih.
Ada banyak potensi gagalnya diri kita. Kesalahan yang bersifat internal, gunakan ilmu yang kita punya yang pemberian dari Allah subhanahuwata'ala . Jika kita salah memilih maka akan rugi. Istigfar sebagai pintu masalah yang ada pada diri kita. Ini merupakan solusi. Memohon ampun tidak dapat mengerjakan perintah, memohon ampun mengerjakan perbuatan buruk atau dosa. Memohon ampun tidak mengerjakan anjuran. Memohon ampun diantara pilihan yang dianjurkan, tetapi kita tidak memilih anjuran yang lebih afdhol, maslahat serta bermanfaat. Missal kita kita diberikan pilihan dalam sholat. Setelah shalat fardhu apa yang dikerjakan antara, zikir, shalat ba’diyah, baca Al Qur’an. Dimana pilihan tersebut merupakan suatu kebaikan. Ketika salah dengan pilihan itu, maka merasa bersalah sesuatu yang sifatnya halus, pelan-pelan kepada ilmu yang kita dapatkan mudah-mudahan kita dapat memilih menggunakan rasa dalam ilmu agamanya.
Ada ikhtilaf, jika kita dipanggil dengan bersamaan, yang mana didahulukan antara dipanggil oleh orang tua atau guru. Mana yang didahulukan. Para ulama berpendapat yang pertama adalah orang tua. Ulama yang lain berpendapat yang pertama adalah guru karena guru adalah pengantar kita ke akhirat dan orang tua untuk didunia. Kita memiliki pengetahuan yang memadai tidak mungkin memilih lebih baik. Jika ilmunya ditingkatkan ilmu mengatakan menjadi orang bijak meningkatkan atau menempatkan yang baik lebih baik dari yang seharusnya.
Ketika menolong orang, sekedar barang kita berpindah. Berbuatlah sepenuh hati, kita akan merasa bahagia seperti yang menerima. Jangan pemberian itu dengan rasa menyakitkan kepada orang yang diberikan. Sahabat nabi, saiyidina umar masuk surge karena menolong seekor burung pipit, melihat burung di ikat oleh anak kecil, lalu umar membeli burung itu, kemudian burung itu dilepas. Rasa hati bahagia umar sama dengan rasa bahagia burung itu terbebas. Nikmati pada tahap maksimal.
Wallahu'alambishowab.
Komentar
Posting Komentar