Asyura – Hari Kasih Sayang Islam
Suatu kali Nabi saw datang ke Madinah, lalu beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Beliau bertanya, “Apa ini?” orang-orang Yahudi itu menjawab, “ini hari baik. Ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Itu sebabnya (Nabi) Musa berpuasa pada hari itu.”
(dalam riwayat lain ada tambahan. “... maka Musa berpuasa pada hari itu, sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Kami pun berpuasa dihaari itu guna menghormati hari tersebut.” Dalam riwayat lain lagi ada tambahan, “Dan itulah hari ketika perahu Nuh berlabuh di atas bukit Judi, maka Nuh berpuasa dihari itu, sebagai ungkapan syukur.”)
Menanggapi kata-kata Yahudi ini, Nabi saw bersabda, “Aku lebih berhak atas Musa daripada kalian.” Setelah itu, beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa di hari itu.
Asyura tepatnya tanggal 10 Muharram adalah hari yang agung. Inilah hari, seperti disebut dalam hadist diatas, Nabi Musa as dan kaumnya, Bani Israil, diselamatkan oleh Allah, sementara Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan kedalam lautan. Di hari itu Allah memerintahkan Nabi Musa, yang bersama kaumnya dikejar Fir’aun dan kawan-kawan, untuk memukulkan tongkatnya beliau ke air laut. Tiba-tiba, dengan izin Allah. Laut terbelah sehingga beliau bersama kaumnya dapat melewatinya. Begitu mereka tiba di seberang, air laut itu kembali seperti semula, menenggelamkan Fir’aun dan kawan-kawannya yang masih berada di tengah.
Di hari itu pula kapal Nabi Nuh as berhasil berlabuh dibukit Judi yang terletak di Armenia bagian selatan, yang berbatasan dengan Mesopotania, setelah perahu itu terombang-ambing ditengah banjir bandang yang menenggelamkan semua orang kafir.
Peristiwa yang lain adalah Nabi Ibrahim as juga lahir dan selamat dari kobaran api Raja Namrud di hari Asyura. Nabi Idris as diangkat kelangit, Nabi Yunus as dikeluarkan dari ikan yang menelannya, juga di hari Asyura. Dan masih banyak lagi.
Hari Asyura adalah hari baik untuk mendekatkan diri kepada Allah dan dianjurkan bagi umat islam untuk berpuasa dan bershadaqah.
Puasa Asyura bahkan menurut sebuah pendapat, mula-mula dihukumkan wajib. “Orang-orang Jahiliyah biasa berpuasa di hari Asyura, dan Rasulallah saw sudah berpuasa di zaman Jahiliyah (maksudnya sebelum hijrah).” Ketika beliau tiba di Madinah, beliau berpuasa dan meyuruh para sahabat berpuasa di hari Asyura. Setelah puasa Ramadhan diwajibkan, beliau membatalkan kewajiban puasa pada hari Asyura ini. Jadi barang siapa mau berpuasa, boleh dan barangsiapa mau meninggalkannya, boleh saja. Rasulallah saw bersabda :
Artinya : ini adalah hari Asyura dan tidak diwajibkan atas kalian berpuasa. Aku sendiri berpuasa. Barang siapa mau silahkan berpuasa, dan barang siapa tidak, tidak mengapa.
Karena puasa bulan Ramadhan disyariatkan pada tahun kedua, sementara Asyura itu jatuh di awal tahun (yaitu pada bulan Muharram), maka persyariatan puasa Asyura itu bisa dipastikan pada tahun kedua pula dari hijrah beliau.
Mengenai pahala puasa Asyura adalah pahalanya juga besar. Ketika Nabi saw ditanya mengenai puasa Asyura, beliau menjawab : “Dapat menghapus dosa-dosa setahun lalu.” Jadi, setiap tahun beliau berpuasa di hari Asyura. Malah di akhir hayat beliau, beliau bermaksud menambah satu hari lagi, yaitu sehari sebelum Asyura yang disebut hari Tasu’a. Beliau bersabda : “Kalau aku masih hidup hingga tahun depan, aku pasti akan berpuasa pada hari kesembilan dan hari kesepuluh (dari bulan Muharram).”
Karena beliau wafat pada tahun itu, maka beliau tidak sempat melaksanakan niat beliau ini. Keinginan beliau untuk menambah satu hari puasa ditujukan agar tidak sama dengan yang dilakukan orang-orang Yahudi. “Puasalah kalian pada hari Asyura dan berbedalah dengan Yahudi. Berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya” demikian sabda beliau.
Hari Asyura juga merupakan hari kasih sayang. Sabda Rasulallah saw : “Barang siapa memberi keleluasaan kepada keluarganya di hari Asyura, Allah akan memberinya keleluasaan sepanjang tahun ini.” Hari ini kita jadikan momentum untuk memperbaharui dan meningkatkan kepedulian kita kepada orang yang patut kita sayangi, terutama keluarga. Kalau sebelumnya kita mungkin kurang memberi perhatian, kini saatnya kita menyisihkan waktu dan perhatian kita untuk mereka.
Komentar
Posting Komentar