Pendidikan Karakter Berbasis Lisan
Senin (26/3) – Pagi ini kami perwakilan dari FKGPAI Kota Denpasar berasal dari PAUD Harapan Mulia Islamic School mengikuti kegiatan diskusi mengenai Pendidikan Karakter Berbasis Lisan di Bali. Kami bersama Ibu Ummi dari Kementerian Agama Kota Semarang. Ibu ummi dan Tim bertugas untuk mengkaji tradisi lisan di Bali. Telah hadir bersama kami maestro bali atas nama Bapak Made Taro beserta Anandanya yaitu Gede Tarmada. Peserta dari FKGPAI TK Kota Denpasar dan tokoh pendidikan.
Bapak Made Taro memaparkan sudah lama berkecimpung dalam dunia dongeng atau dalam bahasa Bali-nya mesatuwa. Beliau mendirikan Sanggar Kukuruyuk hingga saat ini. Bidang mendongeng yang sudah dilupakan orang. Dulu kakek dan nenek kita sering mendongeng. Pendidikan karakter berbasis lisan. Beliau memaparkan Karakter ada dua bagian, sebagai berikut :
1. Perorangan
Sifat atau watak yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Walau sejak lahir sudah ada. Lingkungan diantaranya keluarga, masyarakat, dan kearipan Budaya.
2. Bangsa
Sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis, keadaan iklim, Pengaruh sejarah, kebijakan pemerintah, tradisi lokal/kearipan, dan agama.
Tradisi Lisan
Kebiasaan Turun temurun dari generasi ke generasi secara lisan. Dimulai dari di rumah tangga. Dari masa ke masa akan mengalami perubahan. Perubahan mungkin bisa kurang, lebih atau rusak. Unsur subjektif tergantung yang menceritakan. Unsur politik, misal dalam dikeraton. Akhirnya Dongeng banyak versi. Bawang merah dan bawang putih Ada 22 versi di nasional. Khusus di Pulau Bali 2 versi. Persi dadong raksasa(bawang merah baik) dan versi cerukcuk kuning (adopsi dari daerah Kalimantan: bawang putih baik). Dulu kedua versi ini Ada tetapi sekarang 1 yang tersisa. Karena generasi sekarang sangat minim dalam melestarikan cerita tersebut. Di Malaysia juga ke terbalik peran tokoh baik dan jahatnya. Tujuan Dongeng di Bali biasanya seputar Hukum karma. Lebih banyak kegiatan permainan yang lebih berkembang. Mendongeng sambil Bermain.
Dongeng
Dalam dongeng tersebut ada hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
1. Sederhana, Dongeng formula(pengulangan) disampaikan pada anak usia dini.
2. Imajinasi, Usahakan benda sekitar dan tidak terlalu banyak benda atau alat peraga.
3. Egosentris (jadikan anak atau audien sebagai pelaku)
4. Happy Ending
Komentar
Posting Komentar