Bagaimana menangani dan memotivasi remaja?
Ada beberapa tahapan perkembangan remaja.
Remaja awal adalah usia 10 hinga 14 tahun, memiliki perkembangan sebagai berikut:
• Pembentukan identitas yang dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh luar. Seperti dari teman, idola, dan guru.
• Lebih bisa mengungkapkan perasaan, meski tidak VERBAL. Seperti anak laki-laki lebih banyak menggunakan tindakan ketimbang ucapan.
• Teman dan pergaulan mendapatkan tempat lebih penting.
• Tidak lagi tertarik dengan orang tua dan sayangnya kadang di refleksikan dengan perilaku yang kurang sopan. Orang tua bukanlah lagi dianggap sosok sempurna, ini biasa disebut juga proses individualisasi.
Remaja awal
• Mencari “Idola” baru selain orang tua sebagai tokoh panutan (Role Model)
• Masih kelihatan perilaku anak-anaknya terutama ketika suasana stress.
• Lingkungan atau teman mulai mempengaruhi ketertarikan mereka
Remaja tanggung adalah usia 15 hingga 16 tahun, memiliki perkembangan sebagai berikut:
• Mulai berfikir kedepan : kadang diwarnai dengan fluktuasi antara menetapkan standar yang sangat tinggi tapi juga khawatir galgal (aku bisa nggak ya jadi stronot)
• Mulai mengeluh kalau orang tua mencampuri “urusan” mereka. namun pada saat yang sama.
• Sering murung tanpa alasan, karena sebenarnya secara psikologis dia kehilangan orang tua.
• Sangat peduli dengan tubuh dan penampilan dan kebanyak tidak merasa nyaman dengan perubahan fisik.
• Lowered opinion of and withdrawal from parents
• Mulai tertarik mengelaborasipemikiran atau pengalaman sendiri, misalnya dengan menulis buku harian.
Remaja Akhir adalah usia 17 hingga 21 tahun, memiliki perkembangan sebagai berikut:
• Proses pembentukan identitas sudah lebih jelas
• Kemampuan menganalisa dan mengeksplorasi secara bagus, termasuk bagaimana mengeksplorasi dengan kata-kata
• Minat dan kematangan emosi mulai terbentuk
• Bisa mengambil keputusan
• Bisa berkompromi dan bangga dengan pencapaian diri
• Sudah bisa mandiri dan mampu berempati pada orang lain
Isu apa yang biasanya muncul dan harus dipahami orang tua?
• Motivasi
• Self Esteem – percaya diri
• Perilaku “Negatif”
Motivasi
Resisten
- Ketika ananda enggan bangun pagi atau mengajarkan PR atau mandi. --- bukan berarti mereka tidak punya Motivasi
- Mereka punya motivasi hanya motivasinya adalah “bertahan dari orang tua”.
- PR orang tua adalah bagaimana mengalihkan itu menjadi motivasi yang positif?
Kata kunci adalah Power (kuasa) dan Kontrol. Anak remaja melakukan itu karena merasa powerless (tidak berdaya) dan dengan resistensi (menolak kita) mereka mencoba memperlihatkan bahwa mereka mampu mengontrol suasana dan punya kekuatan untuk menentukan langkahnya sendiri. Dengan kata lain “mempertahankan kontrol dan power”.
Kenapa harus menggunakan resistensi? Alasan pertama adalah Social skills yaitu kemampuan untuk mengatakan apa yang mereka mau. Yang kedua Problem solving skills yaitu memahami apa yang diinginkan/diharapkan orang disekitarnya terhadap mereka. Apa yang harus dilakukan orang tua? Sehingga tidak perlu teriak, marah-marah atau power behaviour.
Perlu diingat oleh para orang tua, bahwa anak kita sedang berusaha mengatasi masalah dengan cara mereka. Kita sebagai orang tua harus bisa tunjukkan cara yang benar.
Konsekwensi dan tentukan batas pada anak.
- Kita sebagai orang tua, harus “tega” melihat anak menanggung konskwensi dari perbuatannya. Contohnya : jika kamu terlalu sakit untuk masuk sekolah yang kamu juga tidak boleh keluar dari rumah.
- Tentukan batas dan kita harus ikuti batas yang sudah kita tentukan
- Maafkan kegagalan, hargai keberhasilan. Contohnya : jika kamu lulus ibu kasih hadiah, kalau tidak lulus ibu tidak akan menghukum.
Self Esteem – percaya diri
Dunia di mata remaja memiliki perubahan dan hormon sering disebut dengan masa pubertas. Tekanan psikologis yaitu kritik, perubahan tuntuan akademik, tekanan teman, ketertarikan dengan lawan jenis.
Percaya diri pada remaja menjadi penting agar mencapai prestasi lebih, membangun relasi yang baik dengan lingkungan : teman, saudara, orang tua. Lebih efektif, produktif dan lebih positive. Memiliki benteng pertahanan dan persistensi yang lebih tinggi ketika gagal.
Menumbuhkan percaya diri pada anak diantaranya berilah pujian atau feedback positif, tunjukkan cinta kita dimana tanpa syarat apapun, ketika kita ingin “melarang” atau memperbaiki perilaku, jelaskan itu dalam tiga prinsip yaitu “jangan”, “karena”, dan “jadi”. Sebagai contoh: mba/mas jangan pulang terlalu malam ya, soalnya mama khawatir kamu nanti kurang tidur besok kan hari sekolah, jadi ...tolong pulang rumah tepat waktu kalau ada apa-apa telpon mama atau papa...
Jangan pelit-pelit memberi pujian dan ajari anak kita menerima pujian itu dan ingat kita harus serius memuji bukan basa basi. Berusahalah tertarik dengan kehidupan mereka. Coba pahami game yang mereka mainkan dan kenali teman mereka serta undang ke rumah. Berilah tanggung jawab sewajarnya dimana pesan yang tersimpan didalamnya adalah “Kamu Bisa”. Bangun rasa percaya diri mereka.
Maka untuk orang tua prinsip dan sikap penting yang perlu dimiliki orang tua. Bagaimanakah menanganinya?
- Ubahlah harapan orang tua, mereka bukan anak-anak dan bukan pula makhluk dewasa.
- Jangan selalu diperlakukan dengan curiga
- Bangun empati dan pemahaman
- Buat batasan
- Hormati dan hargai remaja kita
- Jujur dan terbuka, terutama untuk bicara isu-isu sensitif
- Bantu mereka membuat pilihan yang bagus tapi dorong juga untuk membuat keputusan sendiri
- Ketika ada konflik, perlu diperjelas apa harapan dan tujuan kita, tapi biarkan mereka menentukan bagaimana ,cara harapan, tujuan itu mereka capai.
- Berikan pemahaman bahwa nilai dan kepercayaan yang kita miliki bukanlah satu-satunya di dunia
- Ajari menghargai dan menerima perbedaan.
Komentar
Posting Komentar